Sejarah Perkembangan Manajemen
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776 ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Era moderen
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada “prinsip pareto.” Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.
Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah
penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik,
model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen
dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan
para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis
jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat
digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas
pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer
menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan
statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II.Setelah
perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis.
Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki “Whiz Kids.” Para
perwira yang bergabung dengan Ford
Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode
statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di
Ford.PENDEKATAN MANAJEMEN ( Manajemen Pendidikan )
A.
Teori
Klasik
Teori
klasik berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional,
berfikir logic, dan bekerja merupakan suatu yang diharapkan. Salah satu teori
klasik adalah manajemen ilmiah (scientific manajement) dipelopori oleh Prederik
W. Taylor (1856-1915). Pendekatan ini berpandangan bahwa yang menjadi
sasaran manajemen adalah mendapatkan kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan
karyawannya. Untuk itu manajemen harus melaksanakan prinsip-prinsip:
1.
Perlu dikembangkannya ilmu bagi settiap petugas (pedoman gerak,
implementasi kerja yang standar dan iklim kerja yang layak)
1.
Pemilihan karyawan yang tepat sesuai dengan persyaratan kerja
2.
Perlunya pelatihan dan perangsangan
3.
Perlunya dilakukan penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan
Filley,
Kerr dan Hous (1976) kelemahan-kelemahan teori klasik secara garis besar
dikemukakan sebagai berikut:
1.
Teori yang terikat waktu. Teori ini cocok untuk diterapkan dipermulaan
abad dua puluhan, karena motif pekerjaan waktu itu terutama memenuhi kebutuhan
fiolagis.
2.
Teori klasik mempunyai ciri-ciri deterministik. Teori yang menekankan
pada prisip manajemen dan tidak memperhitungkan berbagai dimensi dalam
manajemen.
3.
Teori ini merumuskan asumsi secara eksplisit. Yaitu yang efesiensinya
hanya diukur oleh tingkat produktifitas yang hanya menyangkut penggunaan
sumbersecara ekonomis tanpa memperhitungkan faktor manusiawi.
B.
Teori Neo-Klasik
Teori
ini timbul karena pada para manajer terdapat berbagai kelemahan dengan
pendekatan klasik. Teori ini berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan
mengaktualisasikan dirinya. Beberapa pelopor aliran teori neo kalsik
antara lain Elton Mayo dengan studi dengan hubungan antar manusia, atau
tingkah laku manusia dalam situasi kerja terkenal dengan studi Howthone.
Berdasarkan hasil studi ini ternyata kelompok kerja informal lingkungan sosial
pekerja mempunyai pengaruh yang besar terhadap produktivitas.
Pelopor
lainnya adalah Douglas McGregor, ia menyatakan bahwa manajemen akan
mendapat manfaat besar bila ia memenuhi perhatian pada kebutuhan sosial dan
aktualisasi dari karyawan. Gregor mengemukakan ada dua teori
yaitu:
1.
Teori X, yang berasumsi bahwa manusia itu tidak menyukai kerja, tidak
ada ambisi, tidak ada tanggung jawab, menolak perubahan dan lebih baik dipimpin
dari memimpin.
2.
Teori Y, mengandung isi bahwa manajer memandang bawahan bersedia
bekerja, bertanggung jawab, mampu mengendalikan diri, dan berpandangan luas
secara kreatif.
Implikasi
dari asumsi-asumsi itu bila manajer mengikuti teori X cenderung pada tingkat
ketergantungan karyawan pada atasan dan enggan untuk bertindak. Dan pada teori
Y cenderung mendorong untuk berpartisipasi, ada keabsahan, dan bertanggung
jawab dalam menyelesaikan tugasnya.
Vromm
(felly 1976 ) dengan teori harapan (Ekspektasi) mendasarkan pada dua
asumsi, berikut:
1.
Manusia menilai kepada suatu yang diharapkan dari hasilnya.
2.
Suatu usaha yang dikerjakannya akan memberiakan sumbangan terhadap
tujuan yang diharapkan.
Vromm
mengajukan formulasi prestasi yang berhubungan langsung dengan motivasi
sebagai berikut:
P
=f(M x A)
M
=f(V x E)
P
=f(A x V x E)
Keterangan:
P =Prestasi Kerja
M =Motivasi Kerja
A = ability (kemampuan)
V =Valiensi (prefensi
Keinginan)
E =Ekspektasi (harapan)
Artinya, prestasi kerja seseorang merupakan fungsi dari motivasi dikali
ability. Motivasi sendiri merupakan fungsi perakalian dari valensi dengan ekspektasi.
Valensi merupakan preferensi keinginan seseorang terhadap sesuatu yang nilainya
antara 0-1. Jika sesuatu seseoarng dianggap mempunyai daya tarik bagi orang
yang bersangkutan. Sebaliknya, jika mempunyai nilai valensi satu, maka sesuatu
yang ditawarkan oleh organisasi mempunyai daya tarik yang sangat tinggi.
C.
Teori Modern
Pendekatan
modern berdasarkan hal-hal yang sifatnya situasioanal. Artinya orang
menyesuaikan diri dengan situasi dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan
situasi dan kondisi lingkungan. Menurut Murdick dan Ross, system organisasi itu
terdiri dari individu, organisasi formal, organisasi informal, gaya
kepemimpinan, dan prestasi fisik yang satu sama lain saling berhubungan.
Wiliam
A.Shrode dan D. Voich mendefinisikan system berikut; A system is
a set of interrelated parts, working independently and jointly, in pursuit of
common objectives of the whole a compleks environment. Fitz General and
Stalling, system adalah; a system can be defined as a network of
interalated procedures that are joint together to performant activity or to
occomplish a specific objectives. It is, in, in effct, all ingredient which
make up the whole. Dari pengertian tentang system, dapat di identifikasi
bahwa sestem mempunyai makna;
1.
Terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan lainya.
2.
Bagian-bagian yang saling berhubungan itu dapat berfungsi baik secara
independen maupun secara bersama-sama
3.
Berfungsinya bagian-bagian tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan umum
secara keseluruhan.
4.
Sesuatu system terdiri dari bagian-bagian itu berada dalam suatu
lingkungan yang kompleks
Berdasarkan
pengertian diatas secara eksplisit dikemukakan bahwa sesuatu system itu lebih
cenderung bersifat terbuka. Hal ini dinyatakan dengan adanya aspek lingkungan
yang berhubungan erat dengan bagian-bagian dari system yang berperan.
Di
dalam pencapai tujuan organisasi, menurut teori sistim harus didasarkan pada
lima asumsi dan perinsip bekerja itu adalah sebagai berikut.
Asuransi
|
Prinsip
|
1. Organisasi
merupakan sistim terbuka.
2. Organisasi
menyapai prestasi maksimum
3. Tujuan
organisasi sangat berfasiasi.
4. Tujuan
organisasi saling berhubungan.
5. Tujuan
organisasi berubah ubah.
|
1. Service
untuk lingkungan
2. Prinsip
optimisme.
3.
Multidimensional.
4. Prinsip
kehormatan.
5. Prinsip
pengurangan resiko.
|
Secara lebih spesifik Riyans (1968) mengemukakan
karakteristik system dibidang pendidikan, sebagai berikut;
1.
Berbagai supsistem, baik fasilitas fisik maupun sumber-sumber lain yang
berhubungan dengan sub sistem, merupakan komponen yang saling bergantung, dan
saling berhubungan.
2.
Kondisi yang perlu untuk terjadi interaksi antar elemen dari suatu
sistem, adalah adanya jaringan informasi bersama (a common information
network). Komunikasi anntar
elemen sangat penting dalam menjamin berfungsinya suatu sistim sebagai suatu
kesatuan (entity) yang terorganisasi dalam menjamin sistem itu
menghasilkan keluaran.
3.
Berfungsinya sistem pendidikan yang dasarnya bergantung kepada fungsinya
kontrol terhadap aliran dan trenformasi informasi antar elebmen dan sistem
tersebut dan antar beberapa sistem yang ada di luar yang berpenaruh terhadap
sistem pendidikan.
4.
Pengelolaan informasi merupakan hal yang inherent dalam
berfungsinya suatu sistem.
Menapa
pendidikan memerlukan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu
metode atau tehnik analisis yang secara khusus sisebut analisis sistem terutama
yang memecahkan masalah, dan pengambilan keputusan.
Analisis sistem mencakup
1.
Menyadari adanya masalah.
2.
Mengidentifikasi vareabel yang releven.
3.
Menganalisis dan mensintesiskan faktor-faktor.
4.
Menentukan kesimpulan dalam bentuk program.
Penggunaan
pendekatan diatas sangat diperlukan oleh dunia pendidikan dengan alasan;
1.
Lembaga-lembaga pendidikan telah menjadi semakin komplek dan semakin
su.lit untuk dikelola.
2.
Perubahan yang terjadi dalam organisasi pendidikan semakin lama semakin
cepat.
3.
Masih langka para pengelola sistem dan satuan suatu pendidikan
yang professional.
4.
Pertumbuhan dan perkembangna pendidikan relative cepat disertai
pertambahan anggaran yang tidak sedikit, seringkali mengurangi kesadaran bahwa
terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam merencanakan dan mengelola pendidikan.
5.
Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan perlu ditingkatkan.
Beberapa
keunggulan pendekatan sistem dalam mengelola pendidikan antara lain;
1.
Misi, sasaran, dan tujuan lembaga pendidikan yang dijabarkan lebih luas
2.
Program-program yang dirumuskan selalu diarahkan pada tujuan dan sasaran
3.
Orentasi kegiatan diarahkan kepada hasil akhir
4.
Perencanaan dipandang sebagi bagian integral dari keseluruhan operasi
lembaga atau organisasi pendidikan
5.
Sumber-sumber daya dapat dialokasikan dengan lebih efektif berdasarkan
sksla prioritas yang disusun menurut besarnya sumbangan terhadap pencapaian
tujuan
6.
Informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan pengambilan keputusan
dapat dirancang dan dikelola secara terpadu
7.
Segal kegiatan dapat difokuskan pada pencapaian sasaran, sehingga
pemborosan dapat ditekan seminimal mungkin.
8.
Pimpinan pengelola dapat dinilai hasil pekerjaannya secara objektif
Karena sarat pekerjaan jelas
9.
Penegelola dapat mengembangkan kreativitas dalam batas kewenangan yang
telah ditetapkan
10.
Akuntabilitas dapat dirumuskan secara jelas dan operasional
11.
Umpan balik dapat diperoleh pada semua tingkat pendidikan
12.
Komunikasi antar komponen dapat terbina dengan lebih baik sehingga
kesalahpahaman dapat dikurangi
13.
Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dapat dilaksanakan secar lebih
baik
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa teori modern dengan pandangan sistem memandang
organisasi itu terbuka dan kompleks. Tiga unsur pokok yaitu; analisis sistem,
rancangan sistem, dan manajemen member petunjuk dalam mengoprasionalkan
pendekatan sistem.