Selamat Datang

SELAMAT DATANG DI MY BLOG FREDY.NABABAN NPM:12411965 Salam Sejahtera

Senin, 25 November 2013

Pengertian Depresiasi


Depresiasi
Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan.
Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda.
\mbox{Biaya Depresiasi Tahunan} = {\mbox{Biaya Aktiva Tetap} - \mbox{Nilai Sisa} \over \mbox{Umur Manfaat Aset} (tahun)}

Ø  METODE PENYUSUTAN GARIS LURUS  (Straight-Line Depreciation)


Dengan metode garis lurus, beban penyusutan tiap tahun penggunaan aktiva tetap jumlahnya sama. Dengan demikian jumlah penyusutan tiap tahun dihitung sebagai berikut:
Penyusutan = (HP – NR)/n
Keterangan
HP      =        Harga Perolehan Aktiva Tetap
NR      =        Nilai Residu atau Nilai Sisa
n        =        Taksiran Usia Ekonomis Aktiva Tetap
Contoh:
Pada tanggal 5 April 2000 dibeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 13.000.000,00. Usia kegunaan mesin tersebut ditaksir selama 8 tahun dan nilai residu Rp 1.000.000,00. Penyusutan tiap tahun penggunaan mesin dari data di atas, dihitung sebagai berikut:

Penyusutan =
Rp13.000.000,00 – Rp1.000.000,00
= Rp1.500.000,00
8
Beban penyusutan mesin tahun 2000 adalah sebesar :
Penyusutan = 9/12  x   Rp 1.500.000,00    = Rp 1.125.000,00.
Mengapa 9/12?? Karena dari 12 bulan yang ada pada tahun 2000, mesin hanya beroperasi selama 9 bulan, yakni mulai bulan April hingga bulan Desember.
Jumlah inilah yang dicatat pada tanggal 31 Desember 2000 dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Des 31          Beban Penyusutan Mesin               Rp     1.125.000,00
                             Akumulasi penyusutan Mesin                   Rp    1.125.000,00
Beban penyusutan mesin untuk setiap periode penggunaannya adalah sebagai berikut:
No.
Thn
Perhitungan beban penyusutan thn berjalan
Beban Penyusutan thn berjalan
Akumulasi
Penyusutan
Nilai Buku Aktiva
1.
2000
9/12 x Rp1.500.000,00
Rp1.125.000,00
Rp  1.125.000,00
Rp11.875.000,00
2.
2001
Rp1.500.000,00
Rp1.500.000,00
Rp  2.625.000,00
Rp10.375.000,00
3.
2002
Rp1.500.000,00
Rp1.500.000,00
Rp  4.125.000,00
Rp  8.875.000,00
4.
2003
Rp1.500.000,00
Rp1.500.000,00
Rp  5.625.000,00
Rp  7.375.000,00
5.
2004
Rp1.500.000,00
Rp1.500.000,00
Rp  7.125.000,00
Rp  5.875.000,00
6.
2005
Rp1.500.000,00
Rp1.500.000,00
Rp  8.625.000,00
Rp  4.375.000,00
7.
2006
Rp1.500.000,00
Rp1.500.000,00
Rp10.125.000,00
Rp  2.875.000,00
8.
2007
Rp1.500.000,00
Rp1.500.000,00
Rp11.625.000,00
Rp  1.375.000,00
9.
2008
3/12 x Rp1.500.000,00
Rp   375.000,00
Rp12.000.000,00
Rp  1.000.000,00
Akumulasi penyusutan mesin setelah habis usia penggunaannya adalah Rp12.000.000,00
Metode jam kerja mesin (service hours method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time). Dalam cara ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan).
Metode ini dihitung dengan rumus :
Penyusutan per jam = (harga beli aset– nilai sisa) / jumlah jam kerja ekonomis
J         =   B – S
j
keterangan :
J        = Penyusutan per jam
B       = Harga beli asset
S        = nilai sisa
j         = jumlah jam kerja ekonomis
Penyusutan per tahun = penyusutan per jam x jam penggunaan
Contoh :
Sebuah pesawat terbang dibeli dengan harga Rp. 100.000.000,00. Diperkirakan akan memberikan jasa penerbangan 10.000 jasa jam terbang. Pada tahun 2008 diperkirakan digunakan selama 1.500 jam terbang. Maka penyusutan selama tahun 2008 dihitung :
Penyusutan per jam = Rp. 100.000.000,-/10.000 = Rp. 10.000,-
Penyusutan tahun 2008           = Rp. 10.000,00 x 1.500
= Rp. 15.000.000
c. Metode Jumlah Produk (Product Units Method)
penyusutan yang dihitung berdasarkan jumlah produk yang dihasilakn sama dengan penyusutan yang menggunakan metode jam kerja mesin. Besar kecilnya jumlah penyusutan pada setiap tahun tergantung pada jumlah produk yang diproduksi pada setiap tahun. Jumlah produksi pada setiap tahun tergantung pada permintaan pasar serta jenis barang yang dihasilkan.. Penyusutan dihitung sebagai rumus berikut :
P =  B – S
U
keterangan :
P          = Penyusutan
U          = jumlah unit selama umur ekonomis mesin
B         = Harga beli
S          = nilai sisa
Penyusutan per tahun = jml produksi  setahun x penyusutan per unit
penyusutan per unit     = (harga beli-nilai sisa)/taksiran jumlah produksi
Contoh :
Sebuah mesin pabrik mempunyai harga beli sebesar Rp 50.000.000,00 diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 5.000.000,00 serta diperkirakan dapat menghasilkan unit produksi selama 5 tahun sebagai berikut :
Tahun Ke-1 = 14.000 unit
Tahun Ke-2 = 12.000 unit
Tahun Ke-3 = 10.000 unit
Tahun Ke-4 = 8.000 unit
Tahun Ke-5 = 6.000 unit
Maka besarnya penyusutan adalah :
Penyusutan per unit  = (Rp.50.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00)/50.000
= Rp. 900
Penyusutan per tahun :
Tahun              Unit produksi              Tarif                        Penyusutan
1                            14.000                  Rp. 900             Rp 12.600.000,00
2                            12.000                  Rp. 900              Rp 10.800.000,00
3                           10.000                  Rp. 900              Rp 9.000.000,00
4                             8.000                  Rp. 900              Rp 7.200.000,00
5                             6.000                  Rp. 900              Rp. 5.400.000,00
Jadwal Penyusutan Selama 5 Tahun adalah:
Akhir tahun
Penyusutan tahunan
Jumlah penyusutan
Nilai buku
0
-
-
50.000.000
1
12.600.000
12.600.000
37.400.000
2
10.800.000
23.400.000
26.600.000
3
9.000.000
32.400.000
17.600.000
4
7.200.000
39.600.000
10.400.000
5
5.400.000
45.000.000
5.000.000
  1. 2. Metode bunga majemuk (Compound Interest Methode)
Penyusutan yang dilakukan dengan menggunakan metode bunga majemuk didasarkan pada tingkat bunga yang berlaku dalam masyarakat atau sering disebut dengan opportunity cost of capital (OCC) sebagai biaya modal. Apabila tingkat bbunga yang berlaku dalam masyarakat sebesar 18% per tahun maka perhitungan penusutan tahunan didasarkan pada tingkat bunga yang berlaku. Metode penyusutan yang didasarlkan pada b unga majemuk dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode anuitas dan metode penyisihan dana yang sering disebut dengan siking fund method.
Metode Anuitas sebenarnya identik dengan perhitungan annuity yang didasarkan pada nilai asetr atau original cost sebagai present value. Sedangkan metode penyisihan dana (siking fund method), sebernya sama dengan melakukan deposito di.  Bank pada setiap tahun, pada akhir umur ekonomis asset dana ini digunakan sebgaia dana untuk membeli asset baru.
a. Metode Anuitas
harga beli sebuah mesin Rp. 50 juta rupiah dengan nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 10 juta rupiah dan umur ekonomis set selama 5 tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar 18% per tahun. Berapa besar penyusutan tahunan yang harus dilakukan dengan menggunakan metode anuitas?
Jawab :
B         = Rp.50.000.000
n          = 5 tahun
S          = Rp.10.000.000
i           =18%








untuk  menentukan nilai asset yang disusut perlu dihitung present value dari scrap value /nilai sisa dengan menggunakan formula sebgai berikut:
P          = S (1 + i)n
P          = 10.000.000 (1+0.18)-5
P          = 10.000.000 (0,43710922)
P          = 4.371.092
present asset yang disusut
An       = B-P   = 50.000.000  – 4.371.092
= Rp. 45.628.908;
An       = R. [ (1 – (1 + i)-n )]
I
Penyusutan per tahun dihitung sebagai berikut :
R         = 45.628.908 [    0,18    ]
(1 – (1+0.18)-5
R         = 45.628.908 (0.31977784)
R         = Rp. 14.591.114
Jadi jumlah penyusutan dalam satu tahun adalah sebesar Rp. 14.591.114.
b. Metode penyisihan dana
metode yang digunakan dengan metode penyisiha dana, merupakan deposito yang dilakukan oleh pemilik perusahaan   padas etiap akhir tahun pada lembaga keuangan (bank). Besar kecilnya deposito yang dilakukan bergantung pada besar kecilnya dari asset itu sendiri. niali asset, tingkat bunga, dan umur ekonomis  dari asset itu sendiri.
Perhitungan jumlah penyusutan yang harus dilakukan pada setiap akhir tahun nberdasarkan pada soal tersebut diatas, dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Diketahui: n= 5 tahun
i = 18%
B = Rp. 50.000.000
S = Rp. 10.000.000
Sn             = B – S
= Rp. 50.000.000 – 10.000.000
= Rp. 40.000.000
R         = Sn  [      i        ]
{(1+i) – 1 )
R         = 40.000.000 [     0.18    ]
{1+0.18)5 -1)
R         =  Rp.40.000.000 (0.139777837)
R         = 5.591.113
Jadi, jumlah penyusutan dalam satu tahun sebesar Rp. 5.591.113
  1. 3. Metode penurunan.
Penyusutan yang dilakukan dengan menggunakan metode penurunan adalah jumlah penyusutan yang dilakukan setiap tahun pada asset yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun sesuai dengan keadaan asset yang makin lama semakin tua. Cara penyusutan dengan metode inindapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode jumlah angka tahunan yang sering disebut dengan metode jumlah angka tahunan dana angka presentase.
a. metode jumlah angka tahunan
adalah jumlah dana penyusutan yang harus dikeluarkan pada setiap tahun didasarkan pada jumlah angka tahunan dari umur ekonomis asset. Misalnya sebuah perusahaan krupuk membeli alat seharga Rp. 15.000.000; mempunyai umur ekonomis selama 6 tahun, dan nilai sisa diperhitungkan Rp. 3.000.000; maka jumlah penyusutan pada setiap tahun dapat dihitung sebagai berikut :
jumlah angka tahunan :
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6   = 21
Nilai asset yang disusut :
(B – S)             = 15.000.000 – 3.000.000       = Rp. 12.000.000
Penyusutan setiap tahun :
-          Tahun I      = 6/21 x Rp. 12.000.000         = Rp. 3.428.571,4
-          Tahun II    =5/21 x Rp. 12.000.000          =Rp. 2.857.142,9
-          Tahun III   =4/21 x Rp. 12.000.000          =Rp. 2.285.714,3
-          Tahun IV   = 3/21 x Rp. 12.000.000         = Rp. 1.171.285,7
-          Tahun V    = 2/21 x Rp. 12.000.000         =Rp. 1.142.857,1
-          Tahun VI   = 1/21 x Rp. 12.000.000         = Rp. 571.428,57
Rp. 12.000.000
b. metode penyusutan persentase rata-rata
jumlah penyusutan yang didasrkan pada metode penyusutan persentase rata-rata adalah hasil pembagian dari nilai asset yang dinilai dalam keadaan baru (100%) dengan umur ekonomis dari asset. Apabila harga beli asset seharga Rp. 10 juta rupiah dengan umur ekonomis selama 5 Tahun, maka besarnya penyusutan tahunan adalah sebesar 100% / 5 = 20%. Untuk membeli asset baru pada masa yanga akan dating dengan harga yang lebih mahal, baik sebagai akibat tingkat inflasi maupun akibat perubahan teknologi maka persentase penyusutan rata-rata ditingkatkan dengan cara kelipatan dua. Berdasarkan pada penjelasan ini, jumlah penyusutan setiap tahun dihitung sebagai berikut:
-          Tahun I = 40% x Rp. 10.000.000                         = Rp. 4.000.000
Rp. 10.000.000 – Rp. 4.000.000         = Rp. 6.000.000
-          Tahun II  = 40% x Rp. 6.000.000                         = Rp. 2.400.000
= Rp. 6.000.000 – Rp. 2.400.000       =Rp. 3.600.000
-          Tahun III   = 40% x Rp. 3.600.000                       = Rp. 1.440.000
= Rp. 3.600.000 – Rp. 1. 440.000      = Rp. 2.160.000
-          Tahun IV  = 40% x Rp. 2.160.000                       = Rp.    864.000
= Rp. 2.160.000 – Rp. 864.000          = Rp. 1.296.000
-          Tahun V    = 40% x Rp. 1.296.000                       = Rp.    518.400
Rp. 1. 296.000 – Rp. 518.400          = Rp. 777.600
  1. 4. Metode penyusutan gabungan.
Yaitu, apabila yang disusut lebih dari satu, mempunyai umur ekonomis yang berbeda dan harga beli serta scarp value yang berbeda pula, biasanya dalam perhitungan penyusutan dilakukan dengan metode penyusutan gabungan.
Contoh : sebuah perusahaan mempunyai 3 buah mesin, mesin I harga belinya Rp. 10.000.000; mesin II Rp. 7.000.000; dan mesin III harga belinya Rp. 5.000.000; umur ekonomis mesin I, II, dan III masing- masing 5 tahun, 4 tahun, dan 10 tahun. Scarp value dari ketiga mesin tersebut di duga Rp. 2.000.000; , Rp. 1.000.000; dan mesin ketiga Rp. 400.000;.
Untuk lebih jelasnya seperti terlihat dalam tabel berikut:
Mesin
Harga beli (Rp)
Scar value (Rp)
Jumlah penyusutan (Rp)
Umur mesin (Th)
Penyusutan tahunan
A
10.000.000
2.000.000
8.000.000
5
1.600.000
B
7.000.000
1.000.000
6.000.000
4
1.500.000
C
5.000.000
400.000
4.600.000
10
460.000
Jumlah
22.000.000
3.400.0000
18.000.000
19
3.560.000
Jumlah penyusutan dalam satu tahun yang dihitung berdasarkan penyusuta tetap adalah sebagai berikut :
Persentase penyusutan = jumlah penyusutan tahunan
Jumlah harga beli asset
P          =  3.560.000
22.000.000
= 0,161818181
\mbox{Biaya Depresiasi Tahunan} = {\mbox{Biaya Aktiva Tetap} - \mbox{Nilai Sisa} \over \mbox{Umur Manfaat Aset} (tahun)}=16,18%
Jumlah penyusutan yang dilakukan pada setiap tahun adalah sebagai berikut :
0,161818181 x 22.000.000 = 3.600.000
Lamanya waktu untuk melakukan penyusutan dihitung sebagai berikut:
18.000.000 =  5 tahun 2 bulan.
3.600.000

Ø  Deplesi adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat alami dan tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu istilah ekonomi geografi yang digunakandalam dunia pertambangan untuk menyatakan penyusutan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.